by

Cara Mendidik Anak Sesuai Usia dan Fase Perkembangan yang Tepat

Simak informasi terkait cara mendidik anak sesuai usia, mengingat parenting menjadi salah satu hal yang harus diketahui dan dipelajari orang tua. Setiap orang tua memiliki cara dan model pendidikan anak.

Terlepas dari itu semua, peran orang tua dalam mendidik juga tetap harus memperhatikan perkembangan anak. Setiap anak memiliki perkembangan dan proses penerimaan materi yang berbeda. Misalnya anak A sudah mampu berjalan tanpa bantuan apapun, sedangkan anak B masih merangkak.

Tentu cara mendidikan keduanya juga harus berbeda, pendidikan untuk belajar berlari sudah pantas diberikan pada anak A, tapi tidak dengan anak B.

Seperti itulah pentingnya setiap orang tua untuk bisa mengenali cara mendidik anak sesuai usia, sehingga bobot materi pendidikan yang diberikan sesuai dengan kapasitas anak tersebut.

Cara Mendidik Anak Pasca Lahir- Usia 1 Tahun (Membangun Kepercayaan)

Cara mendidik anak selanjutnya adalah Pasca anak dilahirkan sampai berusia 1 tahun, adalah fase membangun kepercayaan. Bayi mencoba mengenali orang-orang disekililingnya yang sering ditemui dan selalu didekatnya.

Tidak heran jika sampai usia 1 tahun bahkan bisa jadi lebih, banyak sekali ditemukan balita enggan didekati orang lain dan hanya mau berkomunikasi dengan keluarga inti ataupun orang yang dalam keseharian bersamanya.

Oleh karena, itu pendidikan yang diberikan rentang pasca lahir sampai 1 tahun,adalah mengenalkan orang-orang disekitar dan lingkungan.

Perlu sekali membawa balitanya untuk belajar interaksi dengan dunia luar. Tentu para orang tua juga tetap harus waspada ketika melakukan pengenalan dilingkungan luar, yakni tetap memperhatikan kebersihan dan kesehatanya.

Cara Mendidik Anak Usia 2- 3 Tahun (Membangun Kemandirian)

Balita yang berusia antara 2-3 tahun umumnya sudah mampu menggunakan fungsi gerakan tubuhnya dengan baik. Oleh karena itu, diusia ini adalah waktu yang cocok untuk memulai membangun kemandirian.

Cara mendidik anak di fase ini,  orang tua sudah mulai bisa melatih buah hatinya untuk melakukan hal-hal dasar sendiri.

Misalnya,belajar menggunakan sendok dan menyuapkan makanannya sendiri, memasang dan melepas pakaian, buang air besar maupun air kecil sendiri.

Di samping semua cara mendidik anak  di atas, para orang tua tetap harus mendampinginya.

Cara Mendidik Anak Usia 4-5 Tahun (Membangun Inisiatif)

Cara mendidik anak rentang usia 4-5 tahun biasanya beberapa jam dilakuakn di sekolah. Misalnya, pada usia segini beberapa balita sudah mulai masuk di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Hal ini cukup baik membantu tumbuh kembang anak lebih cepat.

Fase ini adalah waktunya membangun inisiatif buah hati. Cara mendidik anak bisa dilakukan lewat pendidikan yang mengarahkan untuk bersikap lebih aktif dan tegas dalam mengeksplorasi dunia melalui imajinasi dan pengalamanya.

Banyak hal yang mungkin masih baru dan dirasa asing, jika anak tertarik dengan hal tersebut izinkanlah, selama hal tersebut masih masuk pada batasan wajar dan aman.

Dengan cara berkumpul bersama orang-orang dilingkunganya, ia akan mampu menggali banyak pengalaman. 

Satu hal yang harus diketahui untuk semua orang tua dalam pola pengasuhan, di usia ini jangan pernah mematahkan imajinasi anak.

Sering kali kita menemukan anak-anak di usia ini berbicara fiksi yang tidak bisa dinalar dan tidak masuk akal. Misalnya dia mengembangkan cerita kartun yang sudah ditontonya, kita sebagai orang dewasa cukup mendengarkan, biarkan dia berimajinasi sebebas mungkin.

Selama yang dia imajinasikan tidak mengganggu kepribadian juga psikis anak, tidak apa-apa. Ada waktunya sendiri kita membenarkan itu semua.

baca juga: Cara Menghadapi Anak Stress

Cara Mendidik Anak Usia 6-12 Tahun (Berkarya Tunjukan Prestasi)

Cara mendidik anak di fase usia 6-12 tahun mayoritas menduduki tingkat pendidikan sekolah dasar. Di fase inilah anak-anak bisa mulai unjuk karya dan prestasi. Tugas orang tua adalah mendampingi dan menyokong anak untuk megembangkan bakat dan kemampuanya.

Sehingga di usia inilah sangat cocok untuk anak mulai mengenali apa yang di sukai dan bakat yang ada bisa mulai diasah melalui belajar bersama orang tua maupun kelas non formal seperti les music, les nari , dll.

Pada sebuah jurnal penelitian menyebutkan bahwa orang tua juga harus menyadari dirinya sebagai seorang pendidik kodrati yang memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya.

Orang tua juga harus mengetahui bahwa anak usia 6-12 tahun sudah memiliki kemampuan tinggi untuk menirukan sikap dan perbuatan orang tuanya dengan baik.

Masing banyak ditemukan orang tua berhenti memperhatikan anak sampai masuk sekolah dasar, selebihnya diserahkan kepada guru disekolah. J

ika ada yang beranggapan seperti ini, harus dirubah lagi pola pendidikan anak nya. Pendidikan untuk anak menjadi kewajiban semua pihak, baik pendidik yang ada disekolah dan orang tua yang ada dirumah harus saling berkesinambungan.

Baca juga: Cara Mengatasi Anak Tantrum Didepan Umum, Emosi Bukanlah Solusi

Cara Mendidik Anak Usia 12-18 Tahun (Masa Puncak)

Usia 12-18 tahun adalah masa untuk mengembangkan identitas, menerima diri sendiri, dan mandiri. Rentang usia diatas juga disebut sebagai masa peralihan, yakni peralihan dari anak-anak keremaja dan remaja pada fase dewasa awal.

Usia remaja di mana sangat jelas mulai terlihat perubahan fisik maupun psikis yang terjadi pada seseorang. Terkait emosi berkembang sangat pesat, membuat para remaja yang tidak bisa mengendalikan dirinya bisa salah bertindak.

Mereka juga cenderung ingin menunjukan jati diri dan kemampuan mereka. Peran orang tua dan cara mendidik anak di fase ini adalah menjadi pendengar yang baik. Parenting yang dilakukan diusia-usia sebelumnya akan sangat berkesinambungan.

Jika orang tua berlaku menjadi sosok yang bisa diandalkan dan dipercaya, anak tidak akan enggan untuk menceritakan apapun kepada orang tuanya.

Sehingga di usia remaja penting untuk orang tua menjadi sosok teman sekaligus panutan.  Dengan begitu orang tua bisa mengontrol keseharian anak melaui apa yang diceritakan.

Demikian tips cara mendidik anak sesuai denga usia lengkap dengan penjelasnya, lewat beberapa analisa pengamatan dan analisi sumber yang dilakukan oleh penulis.

baca juga: AWAS! Goshting Culture dengan Imajinasi yang Tidak Masuk Akal Bisa Membahayai Jiwa Anak